Cinemaker.net- Drakor Hometown Cha-Cha-Cha pertama tayang di televisi pada 28 Agustus 2021 di saluran tvN. Drakor yang tayang tiap Sabtu dan Minggu pukul 21.00 KST itu merupakan drama daur ulang dari film Mr Handy, Mr. Hong yang diproduksi tahun 2004.
Meski drama tersebut telah tayang lebih dari tiga tahun lalu, netizen di media sosial X masih terus membicarakannya. Tampaknya, drama tersebut telah memberi kesan hangat pada setiap penikmatnya.
Dengan kompleksitas ceritanya, drakor yang dibintangi oleh Kim Seon-ho dan Shin Min-a, juga menyisakan ingatan parsial yang masih terus diingat dan diceritakan.
Salah satu kisah dalam drakor tersebut yang hangat di hati penonton adalah bagaimana sosok ibu diceritakan secara hangat dan mendalam.
Kim Gam-ri, Ibu yang Selalu Mengutamakan Anaknya
Kim Gam-ri, diperankan oleh Kim Young-ok, adalah seorang ibu berusia 80-an yang memiliki anak usia 50-an dan seorang cucu yang sedang berkuliah di Amerika Serikat.
Meski anaknya adalah seorang akuntan di Seoul–salah satu pekerjaan bergengsi di Korea Selatan–Kim Gam-ri hampir tidak pernah merepotkan anaknya soal keuangan sama sekali.
Sebagai nelayan aktif, di pengolahan ikan hasil tangkapan nelayan, Kim Gam-ri bisa menghidupi dirinya sendiri. Juga bahkan sesekali ia bisa berkirim uang untuk cucunya.
Namun, suatu hari dia mengalami sakit pada giginya. Salah satu giginya sakit karena berlubang, sehingga susah untuk manyantap makanan.
Sebab tidak terbiasa merawat dirinya sendiri, Kim Gam-ri berniat hanya menahannya saja. Menurutnya, di usianya adalah wajar jika giginya mulai rusak dan sakit.
Namun karena kepedulian tetangga–dalam hal ini adalah Hong Du-sik (Kim Seon-ho)–, ia selalu didorong untuk segera periksa ke dokter Yoon Hye-jin, diperankan oleh Shin Min-a.
Setelah direnungkan, akhirnya Kim Gam-ri menghubungi anaknya. Dia menceritakan sakitnya sekaligus menanyakan bagaimana jika ia melakukan pengobatan.
Karena anak Kim Gam-ri adalah juga seorang ayah, dia meminta Kim Gam- ri untuk menunda pengobatannya dengan alasan ia tidak bisa membantu biaya pengobatan–meski sebetulnya Gam-ri tidak membutuhkan. Anaknya yang berkuliah di AS mmebutuhkan biaya besar.
Akhirnya, Gam-ri membatalkan niatnya pergi ke dokter gigi. Dia memilih menahan sakit dan makan makanan yang lembut saja, meski makanan kesukaannya adalah cumi-cumi.
Tapi, Du-sik (tetangga, yang sudah seperti cucunya), terus memaksa hingga menelepon anak Gam-ri. Hal itu membuat Gam-ri akhirnya mau ke dokter gigi diantar Du-sik.
Seperti orang tua kebanyakan yang tidak biasa merawat dirinya sendiri, ia meminta dokter untuk mencabut saja giginya supaya biayanya lebih murah. Namun, dokter Hye-jin tidak bisa melakukan itu lantaran tidak sesuai dengan diagnosanya. Menurutnya giginya masih bisa diselamatkan dengan ditambal.
Gam-ri terus merengek meminta tetap dicabut saja. Akhirnya membuat dokter gigi itu bersikap tegas.
“Apa kau tidak memiliki uang? Mengapa terus meminta dicabut, sedangkan itu sangat berbahaya,” kata dokter Yoon Hye-jin.
“Jangan salah. Saya punya banyak uang. Anak saya seorang akuntan di Seoul,” jawabnya, lalu pergi, meski Du-sik terus meminta bersabar dan melanjutkan pengobatan.
Itulah sepotong kisah Kim Gam-ri, seorang ibu yang karena terbiasa mengutamakan anaknya, dia sampai lupa cara merawat dirinya sendiri. Dia bisa memberikan segalanya untuk anaknya, tapi dia sangat sayang untuk menghabiskan sendiri uangnya untuk dirinya sendiri.
Singkat cerita, ketika Gam-ri meninggal, anaknya pulang dengan penyesalan yang begitu besar. Dia mendapat banyak cinta dari ibunya, tapi merasa tidak pernah sekalipun membalas cinta ibunya. Dia terlalu sibuk dengan kehidupannya sebagai ayah, lupa bahwa dia juga seorang anak.
Leave a comment